Thursday, November 29, 2007

Minggu malam bersama Kulkul


Sabtu pagi teman saya Aryatedja menelepon menanyakan apa saya bisa datang ke Istora Senayan besok sore dengan membawa perlengkapan kamera? Saya tanya untuk apa? dia bilang untuk memotret band Kulkul dimana Demas anaknya bermain sebagai drummer. Saya jawab bisa-bisa saja asal masuknya gratis. Diapun menyetujui dan menunggu saya disana besok sore.

Cuaca cerah di minggu sore menemani perjalanan saya menuju istora senayan. Persiapan demi persiapan saya temui disana-sini yang dilakukan oleh para crew dan panitia. Sampai tiba saatnya grup musik ini naik ke stage yang terletak di sisi timur pelataran parkir istora ini meleset 16 menit dari yang dijadwalkan semula, jam 19.00 malam.

Saya tidak akan pernah tahu musik apa yang dibawakan oleh Kulkul ini kalau saya tidak memotretnya pada acara JakJazz 2007 Nopember kemarin. Ternyata musik yang dibawakannya adalah musik Jazz traditional, gabungan Jazz dengan gending Bali.. indah sekali dan perfects.

Saya bukan pengamat musik jazz dan saya juga tidak terlalu mendalami musik jazz tetapi saya hanya pendengar lagu-lagu jazz yang saya suka saja.. Dan entah kenapa semalam saya bisa menikmatinya, mungkin karena ada sentuhan gending Bali atau magisnya..

Seandainya mereka berkolaborasi dengan Balawan..
Saya akan tunggu kehadirannya,
dan sekali lagi "Salut buat Kulkul!"

Monday, November 26, 2007

Kodak Kameraku

Masih teringat dibenak saya, pertama kali memegang sebuah kamera foto disaat saya kelas 2 SMP (sekitar tahun 79'an). Sebuah kamera bermerk Canon QL dipinjamkan oleh ayah saya. Lewat Canon QL inilah saya mulai mengotak-atik dan mengetahui apa itu diagfragma, speed juga asa film termasuk filmnya. Saat itu yang ada dikepala saya adalah merk Kodak yang terbaik.

Disaat sekolah saya mengadakan Karyawisata ke waduk Jatiluhur, Purwakarta, tak ketinggalan si QL ikut tergantung di leher saya bak layaknya seorang turis atau wartawan.. atau tukang foto keliling? Jalan kesana kemari.. Jepret sana.. jepret sini..! Dan sampai akhirnya kami harus kembali ke Jakarta. Dalam perjalanan pulang, salah satu bis rombongan kami ada yang mogok. Sambil menunggu perbaikan, saya mencoba mengabadikan sekeliling, saat pas saya asik-asiknya memotret seorang ibu yang sedang sibuk dengan gabahnya, seseorang dari mereka berseru kepada saya, "Kodaknya..! kodaknya..!" berulang-ulang. Lha ada apa dengan film saya? Kok mereka tahu kalau saya memakai film Kodak? Lalu saya membalasnya dengan agak keras, " Memang ada apa dengan film Kodak sayaa..?" Mereka tetap menunjuk kamera saya sambil menyerukan kodak. Ups, ternyata mereka mau difoto beramai-ramai. Sip kalau begitu.. ini memang moment yang saya tunggu-tunggu. "Ayoo semuanya jejer dan liat sinii.." seru saya sambil mengintip view finder. Siap semuanyaaa.. 1..2.." dan Klik! Ah, saya menemukan sebuah senyum polos dibalik pose lugu mereka.. sebuah senyum dari Kodak.
Kodak
, Sebuah nama yang popular untuk sebuah produk yang berhubungan dengan fotografi sampai kamera sayapun disebut dengan nama Kodak walaupun saya menggunakan kamera Canon QL.
Sebuah Brand Image untuk fotografi.

Sunday, November 25, 2007

Saudaramu kah dia?

Jum'at minggu lalu dalam perjalanan pulang, tiba2 saya dikagetkan oleh masuknya sebuah sms dari seseorang di masa lalu. "Mas, masih saudaramu kah dia..?". Jalan yang tadinya lancar ini kini menjadi padat. Dan terasa seperti ada gumpalan darah yang menjadikan jantung ini berhenti sejenak membuyarkan lamunan saya dan merubahnya menjadi lamunan baru.

Lalu saya diingatkan tentang seseorang yang pernah berarti di dalam perjalanan baru saya di awal tahun ini. Seseorang yang mengerti akan perjalanan saya dan seolah-olah dihadirkan Nya untuk menemani saya. Pertemuan 1 jam seakan terasa panjang walau hanya ditemani secangkir kopi susu saja. Waktu berjalan terus, siang menepis malam menentukan hari berikutnya. Bergulir.. dan lalu padam.

Kedekatan yang singkat saja. Seperti putaran jarum panjang jam yang dihentikan oleh alarm jam weker. Berbunyi keras mengingatkan waktu kami telah usai dan kami belum bisa menyikapinya dengan suatu kesiapan. Sampai seseorang mengejutkan dengan per tanyaan di sms tadi. Membuyarkan segala lamunan yang sudah saya konsep sehari sebelumnya. "Dia mungkin saudaraku, ..Wa" Jawab saya singkat.

Mungkin? Tersenyum saya menutup pintu pagar rumah. Haripun semakin malam..